Halaman

sayang

KAMPUS YAYASAN STIKES HARAPAN MAMA TERLETAK DI BATANG KUIS KM.14.5 NO.10 SEIROTAN-BATANGKUIS DELI SERDANG MEDAN SUMATERA UTARA

Sabtu, 21 Mei 2011


PENYAKIT ANEMIA PADA IBU HAMIL
Anemia merupakan keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb), hematokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal. Anemia gizi adalah keadaan di mana kadar hemoglobin (Hb), hemotokrit dan sel darah merah lebih dari nilai normal sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan yang esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut (Arisman, 2006 ).
Anemia dalam kehamilan yang paling sering di jumpai adalah anemia gizi besi. Anemia gizi merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Penyebabnya karena kurangnya asupan zat besi dalam makanan gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau perdarahan. Frekuensi anemia dalam kehamilan di dunia cukup tinggi berkisar antara 10% dan 20% (Prawirohardjo, 2002).
Suplementasi pemberian tablet tambah darah dalam program penanggulangan anemia gizi telah di uji secara ilmiah efektifitasnya apabila dilaksanakan sesuai dengan dosis dan ketentuan. Program pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil yang menderita anemia kurang menunjukkan hasil yang nyata. Faktor yang mempengaruhi adalah kepatuhan minum tablet tambah darah yang tidak optimal dan status ibu sebelum hamil sangat rendah, sehingga jumlah tablet tambah darah yang dikonsumsi tidak cukup untuk meningkatkan Hemoglobin (Hb) dan simpanan besi (Depkes RI, 2005)
Tidak mudah menjalankan program suplementasi dengan pil besi terutama ibu hamil. Penyebabnya antara lain sebagian besar sasaran tidak terjangkau oleh program, ibu yang bersangkutan tidak merasakan kebutuhannya karena tidak merasa sakit, efek samping yang dapat menyebabkan ibu enggan minum pil setiap hari, dan kelalaian untuk minum pil setiap hari ( Kalbe, 2008 ).
Seorang wanita hamil yang memiliki kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 10% disebut anemia dalam kehamilan. Dampak kekurangan zat besi pada wanita hamil dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius bagi ibu baik dalam kehamilan, persalinan dan nifas yaitu dapat mengakibatkan abortus, partus prematurus, partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi intra partum maupun post partum. Anemia berat dengan Hemoglobin (Hb) kurang dari 4% dapat mengakibatkan dekompensatiocordis. Sedangkan komplikasi dapat terjadi pada hasil konsepsi yaitu kematian mudighah, kematian perinatal, prematuritas, cacat bawaan dan cadangan zat besi kurang (Prawirohardjo, 2002).
Mendeteksi anemia dalam kehamilan, menurut Ikatan Bidan Indonesia (2000) ibu hamil harus dilakukan pada kunjungan pertama dan minggu ke-28. Bila kadar Hb < 11 gr%, pada kehamilan, dinyatakan termasuk anemia dan harus diberi suplemen tablet zat besi yang berisi 60 mg zat besi dan 0,5 mg asam folat, diminum secara teratur 1 tablet/hari selama 90 hari berturut-turut, bila kadar hemoglobin (Hb) masih < 11 gr% pemberian tablet tambah darah dilanjutkan (Depkes RI, 2008).
Anemia defisiensi besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia. Perkiraan ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi secara global sekitar 51%. Ditahun 1990, ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi pada ibu hamil menurun sampai sekitar 45% (WHO, 2009). Angka tersebut terus membengkak hingga 74% (1997) yang bergerak dari 13,4% (Thailand) ke 85,5% (India). Di negara berkembang, ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi sekitar 36% atau 1400 juta orang dari perkiraan 3800 juta orang dinegara berkembang. Oleh karena itu banyak ibu hamil yang terjangkit oleh anemia defisiensi besi, sedang dinegara berkembang sekitar 8% atau kira-kira 100 juta orang dari perkiraan populasi 1200 juta orang (Arisman, 2006 ).
Hasil survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1999 menunjukkan terjadinya peningkatan angka kematian ibu (AKI). Kalau pada tahun 1997 angka kematian ibu (AKI) menunjukkan 318 per 100.000 kelahiran hidup dan ditahun 1999 menjadi 380 per 10.000 kelahiran hidup pada tahun 2001. Berdasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) AKI menunjukkan 377 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2008)
Berdasarkan hasil survey pada ibu hamil tahun 1997 diketahui prevalensi mengkonsumsi zat besi pada ibu hamil tercatat sebesar 20,15% lebih rendah dibanding angka nasional sebesar 40% berdasarkan penelitian yang dilakukan di pulau Jawa, Bali, Kalimantan. Rendahnya prevalensi ini disebabkan karena cakupan pil zat besi yang masih < 90%. Selain itu disebabkan karena tingkat konsumsi protein dan sayuran hanya sebesar 4,3% (target 15,9%) dari total konsumsi energi perorangan per hari (PKG, 1997). Hasil Susenas 2004 di provinsi Lampung tercatat 70,4% ibu hamil telah minum pil zat besi, tetapi masih terdapat 29,6% yang tidak minum pil besi selama kehamilan (Profil Kesehatan Lampung, 2006).
Hasil survei pada ibu hamil tahun 2008 di Propinsi Sumatera Utara diketahui Kabupaten Langkat, angka kejadian anemia sebesar 72,3%, yang disebabkan oleh ibu hamil yang tidak mengkonsumsi zat besi, ibu y\hamil yang mengkonsumsi zat besi tercatat 23,15% dari ibu hamil . Pada tahun 2007 Dinas Kesehatan Langkat melakukan survey anemia di 24 kecamatan ditemukan ibu hamil dengan anemia sebesar 55,13%. Sedangkan berdasarkan data di puskesmas sukadana tahun 2007, angka kejadian anemia sebesar 21,25% (Dinas Kesehatan Lampung Timur, 2006). Hasil pra survey yang dilakukan oleh peneliti di BPS Suyatun Pakuan Aji Lampung Timur pada tahun 2007, dari 35 orang ibu hamil terdapat 4 orang atau 11,76% yamg menderita anemia.

Tidak ada komentar: